Tugas Sosiologi
Menelaah film genre bebas dengan mencatat unsur - unsur berupa imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati yang dilakukan oleh tokoh
Telaah
Film
“
Laskar Pelangi “
1. Judul
Film
“ Laskar Pelangi
”
2. Alasan
Pemilihan film
Alasan kami
memilih film lascar pelangi sebagai tugas sosiologi (menelaah film) adalah :
a. Laskar
pelangi memberi nilai moral dalam adegannya. Selain nilai moral yang diberikan,
lascar pelangi juga memberikan nilai budaya dalam adegan lascar pelangi.
b. Laskar
pelangi merupakan film yang telah mendapat tanggapan baik dari Menteri Negara
Kebudayaan & Pariwisata, Ir. Jero Wacik, S.E.
c. Laskar
pelangi merupakan film yang familiar dengan kehidupan anak-anak, dan tidak
mengandung unsur SARA serta adegan dewasa.
d. Laskar
pelangi merupakan film yang tidak mengandung unsur – unsur negatif, seperti
tawuran, narkoba, dan miras.
e. Laskar
pelangi mengandung suri teladan yang baik untuk anak – anak dan patut dicontoh
dalam kehidupan sehari – hari.
3. Synopsis
film
Cerita terjadi di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam
akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak dapat mencapai siswa baru
sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan,
akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, Sang Kepala Sekolah, hendak berpidato
menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarakan diri di sekolah
kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita
mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan,
perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang malah cengar-cengir
ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang
dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai,
kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, penglaman cinta pertama Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari
rumahnya ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi- nama yang
diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi- pun sempat
mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar
yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang
membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa
Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang
berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi
mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah10
kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik
itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12
tahun kemudian dimana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke
kampungnya.
4. Imitasi
yang dilakukan tokoh cerita
-
Borek yang berkeinginan
untuk meniru kondisi fisik seseorang yang biasa dikenal dengan sebutan Samson
yang memiliki badan kekar.
-
Ikal ingin meniru gaya
Rhoma Irama.
5. Identifikasi
yang dilakukan tokoh cerita
-
Ikal dan kawan-kawannya
berpakaian ala suku Dayak dalam karnaval 17 Agustus di daerah Belitong.
6. Sugesti
yang dilakukan tokoh cerita
-
Bu Mus memberitahu
Kucai untuk menjadi ketua kelas yang baik
-
Pak Harfan menasehati
Ikal dan kawan-kawannya bahwa mereka harus memberi sebanyak-banyaknya, bukan
menerima sebanyak-banyaknya.
7. Simpati
yang dilakukan tokoh cerita
-
Ketika kepala sekolah
hampir menutup sekolah Muhammadiyah karena jumlah siswa yang terdaftar belum
memenuhi syarat.
-
Ketika Pak Harfan
meninggal dunia, semua orang merasa kehilangan dan keadaan sekolah berubah. Bu
Mus yang terpuruk atas meninggalnya Pak Harfan tidak masuk untuk mengajar
anak-anak yang mengakibatkan anak-anak harus belajar sendiri di sekolah.
8. Kesimpulan
Sepuluh
anak Melayu Belitong yang disebut Laskar Pelangi ini tak menyerah walau keadaan
tak bersimpati pada mereka. Sebut saja Lintang, seorang kuli kopra cilik, yang
genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk
memuaskan dahaganya akan ilmu-bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan lagu
padamu negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut
kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan
sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah
kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus.
Selami ironisnya kehidupan mereka,
kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka dan temukan diri anda
tertawa, menangis, dan tersentuh saat melihat setiap adegannya. Film ini dipersembahkan
buat mereka yang meyakini the magic of childhood memories dan khususnya juga
buat siapa saja yang masih percaya akan adanya pintu keajaiban lain untuk
mengubah dunia pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar